Pages

Rabu, 23 September 2015

Shalat Qashar bagi Musafir




Allah telah mensyariatkan shalat wajib bagi seorang muslim dilaksanakan secara berjamaah pada awal waktu di masjid. Namun, ada keadaan tertentu yang membuat seseorang tidak bisa melaksanakan shalat sebagaimana mestinya. Hal ini dinamakan uzur dalam shalat.

Shalih bin Fauzan Al-Fauzan menjelaskan dalam Al-Mulakhas Al-Fiqhi, “Orang-orang yang uzur adalah orang sakit, musafir, dan orang yang sedang dalam ketakutan sehingga tidak bisa tenang melaksanakan shalat dengan cara sebagaimana yang dilakukan oleh selain orang-orang yang beruzur. Pembuat syariat telah memberikan keringanan dan memerintahkan mereka agar melaksanakan shalat sesuai kemampuannya. Inilah sebagian kemudahan dan keluwesan syariat ini yang datang untuk menghilangkan berbagai kesulitan.”

Allah berfirman, 

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 185)

Allah berfirman, 

“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (QS. At-Taghabun: 16)

Seorang musafir mendapatkan keringanan (rukhsah) dalam melaksanakan shalat. Keringanan tersebut ialah shalat qashar.

Abu Bakr Jabir Al-Jazairi dalam Minhajul Muslim menjelaskan, “Shalat qashar ialah menjadikan shalat empat rakaat menjadi dua rakaat dengan Al-Fatihah dan surat. Adapun shalat Maghrib da shalat Subuh, tidak diqashar karena shalat Maghrib terdiri atas tiga rakaat dan shalat Subuh terdiri dari dua rakaat.”

Allah mensyariatkan shalat qashar bagi musafir di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Allah berfirman, 

Dan apabila kamu bepergian di bumi maka tidak berdosa kamu meng-qashar shalat.” (QS. An-Nisa’: 101)

Dalam Al-Qaul Al-Wafir fi Shalat Al-Mushafir Qasim bin Muhammad Qasim Zhahir menjelaskan, “Dan riwayat yang mencapai derajat mutawatir menjelaskan bahwa Rasulullah tidak pernah mengerjakan shalat di saat bersafar kecuali dua rakaat secara mutlak. Tentunya, dengan pengecualian shalat Maghrib yang beliau kerjakan tetap tiga rakaat. Seperti inilah shalat-shalat yang beliau kerjakan dalam semua safar beliau.”

Dalam kitab yang sama, beliau mengutip fatwa Ibnu Taimiyah yang berbunyi, “Adapun berkenaan dengan safar, sungguh Rasulullah telah bersafar hampir 30 kali. Beliau selalu mengerjakan shalat dua rakaat dalam semua safar beliau. Tidak ada yang menyitir pernyataan dari seorang ulama manapun bahwa beliau pernah mengerjakan shalat empat rakaat di dalam safar. Bahkan, pada saat Haji Wada’ –safar terakhir beliau-- beliau mengimami kaum muslimin dua rakaat dua rakaat. Ini adalah sesuatu yang sudah maklum dan mutawatir yang para sahabat sepakat menyampaikannya kepada generasi setelah mereka.”

Pernyataan di atas ditegaskan oleh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan dalam Al-Mulakhas Al-Fiqhi, “Nabi Muhammad tidak pernah shalat ketika dalam keadaan bepergian melainkan dengan qashar.”


Referensi:
Shalih bin Fauzan Al-Fauzan. Al-Mulakhas Al-Fiqhi. Terjemahan: Asmuni. 2011. Ringkasan Fikih Lengkap. Darul Falah: Bekasi

Abu Bakr Jabir Al-Jazairi. Minhajul Muslim. Terjemahan: Fadhli Bahri. 2011. Ensiklopedia Muslim: Minhajul Muslim. Darul Falah: Bekasi

Qasim bin Muhammad Qasim Zhahir. Al-Qaul Al-Qafir fi Shalat Al-Musafir. Terjemahan: Imtihan Asy-Syafii. 2007. Bagaimana Anda Shalat Saat Bepergian. Media Zikir: Solo


0 komentar:

Posting Komentar