Allah
telah mensyariatkan shalat wajib bagi seorang muslim dilaksanakan secara
berjamaah pada awal waktu di masjid. Namun, ada keadaan tertentu yang membuat
seseorang tidak bisa melaksanakan shalat sebagaimana mestinya. Hal ini
dinamakan uzur dalam shalat.
Shalih
bin Fauzan Al-Fauzan menjelaskan dalam Al-Mulakhas
Al-Fiqhi, “Orang-orang yang uzur adalah orang sakit, musafir, dan orang
yang sedang dalam ketakutan sehingga tidak bisa tenang melaksanakan shalat
dengan cara sebagaimana yang dilakukan oleh selain orang-orang yang beruzur.
Pembuat syariat telah memberikan keringanan dan memerintahkan mereka agar
melaksanakan shalat sesuai kemampuannya. Inilah sebagian kemudahan dan
keluwesan syariat ini yang datang untuk menghilangkan berbagai kesulitan.”
Allah
berfirman,
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 185)
Allah berfirman,
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (QS. At-Taghabun: 16)
Seorang
musafir mendapatkan keringanan (rukhsah)
dalam melaksanakan shalat. Keringanan tersebut ialah shalat qashar.
Abu
Bakr Jabir Al-Jazairi dalam Minhajul
Muslim menjelaskan, “Shalat qashar ialah menjadikan shalat empat rakaat
menjadi dua rakaat dengan Al-Fatihah dan surat. Adapun shalat Maghrib da shalat
Subuh, tidak diqashar karena shalat Maghrib terdiri atas tiga rakaat dan shalat
Subuh terdiri dari dua rakaat.”
Allah
mensyariatkan shalat qashar bagi musafir di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Allah
berfirman,
“Dan apabila kamu bepergian di bumi maka tidak berdosa kamu meng-qashar shalat.” (QS. An-Nisa’: 101)
Dalam
Al-Qaul Al-Wafir fi Shalat Al-Mushafir
Qasim bin Muhammad Qasim Zhahir menjelaskan, “Dan riwayat yang mencapai derajat
mutawatir menjelaskan bahwa Rasulullah tidak pernah mengerjakan shalat di saat
bersafar kecuali dua rakaat secara mutlak. Tentunya, dengan pengecualian shalat
Maghrib yang beliau kerjakan tetap tiga rakaat. Seperti inilah shalat-shalat
yang beliau kerjakan dalam semua safar beliau.”
Dalam
kitab yang sama, beliau mengutip fatwa Ibnu Taimiyah yang berbunyi, “Adapun
berkenaan dengan safar, sungguh Rasulullah telah bersafar hampir 30 kali.
Beliau selalu mengerjakan shalat dua rakaat dalam semua safar beliau. Tidak ada
yang menyitir pernyataan dari seorang ulama manapun bahwa beliau pernah
mengerjakan shalat empat rakaat di dalam safar. Bahkan, pada saat Haji Wada’
–safar terakhir beliau-- beliau mengimami kaum muslimin dua rakaat dua rakaat.
Ini adalah sesuatu yang sudah maklum dan mutawatir yang para sahabat sepakat
menyampaikannya kepada generasi setelah mereka.”
Pernyataan
di atas ditegaskan oleh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan dalam Al-Mulakhas Al-Fiqhi,
“Nabi Muhammad tidak pernah shalat ketika dalam keadaan bepergian melainkan
dengan qashar.”
Referensi:
Shalih
bin Fauzan Al-Fauzan. Al-Mulakhas
Al-Fiqhi. Terjemahan: Asmuni. 2011. Ringkasan Fikih Lengkap. Darul Falah: Bekasi
Abu
Bakr Jabir Al-Jazairi. Minhajul Muslim.
Terjemahan: Fadhli Bahri. 2011. Ensiklopedia
Muslim: Minhajul Muslim. Darul Falah: Bekasi
Qasim
bin Muhammad Qasim Zhahir. Al-Qaul
Al-Qafir fi Shalat Al-Musafir. Terjemahan: Imtihan Asy-Syafii. 2007. Bagaimana Anda Shalat Saat Bepergian.
Media Zikir: Solo
0 komentar:
Posting Komentar